Langsung ke konten utama

Mengenal Hepatitis Virus G

Rabu, 21 Oktober 2009 | 20:48 WIB

KOMPAS.com - Hampir di seluruh bagian dunia infeksi Virus Hepatitis G (VHG) menyerang dengan angka kejadian yang bervariasi.
Angka infeksi pada kelompok penyalahgunan obat melalui suntikan (intravenous drug abuse), pekerja seks komersial (PSK), tenaga medis, pasien cuci darah (hemodialisis) rutin, pasien hemofilia/thalasemia serta dari ibu ke janin tampak lebih tinggi karena penularan HVG dapat terjadi melalui kontak seksual, parenteral maupun via plasenta.

Pengisolasian virus Hepatitis GB-C (VHGB-C) oleh para peneliti pada seekor tamarin (monyet kecil) membuahkan pemikiran mengenai virus Hepatitis G (VHG) yang diperkirakan merupakan penyebab hepatitis di luar virus Hepatitis A-E.
Penelitian lebih lanjut menyatakan bahwa terdapat susunan genom VHG yang berkait erat dengan VHGBC. Sebanyak 85 persen persamaan susunan genom antara VHG dan VHGB-C dan 95 persen persamaan sekuens asam amino pada kedua virus tersebut. Sehingga bisa disimpulkan bahwa kedua virus ini merupakan virus yang sejenis dengan genotip yang berbeda.

Di Indonesia, angka VHG pada pasien populasi umum dengan Hepatitis kronis dan anti VHC positif di Jakarta sebesar 12 persen. Sedangkan pada pasien yang rutin melakukan cuci darah sebesar 6 persen dan pada pendonor darah sebesar 2 persen. Ini tidak jauh berbeda dengan Italia (1,5 persen), China dan Spanyol 3 persen serta Jerman 5 persen pada populasi umum.

VHG dapat dijumpai dalam tubuh seseorang tanpa disertai infeksi virus hepatitis lainnya. Namun 10 - 15 persen muncul sebagai pasangan/koinfeksi atau superinfeksi virus Hepatitis C (VHC) dan 5-15 persen pada virus Hepatitis B (VHB).

Gejala klinis yang umum terjadi pada infeksi VHG adalah malaise (rasa tidak enak badan), nyeri otot dan kepala, gangguan pencernaan seperti mual, muntah, perut kembung, begah, nyeri perut dan umumnya infeksi VHG akutlebih ringan dibandingkan dengan infeksi VHC dan seringkali bahkan tanpa gejala.

Sebagian besar virus VHG bisa menetap lama di dalam tubuh, pada pasien dialisis rutin dapat berlangsung sampai 11 tahun dan pada pasien yang mendapatkan transfusi darah 8-17 tahun tanpa disertai tanda-tanda penyakit hati yang aktif, karena sifat VHG yang
dapat menyebabkan hepatitis virus kronik (sekitar 29 persen).

Sampai saat ini, sulit menentukan HVG kronik karena perjalanan penyakit HVG sebagian besar bersama dengan infeksi VHB dan VHC dan terutama dijumpai pada orang-orang yang memiliki riwayat kontak dengan produk darah secara rutin dan lama.
Perjalanan penyakit VHG sendiri belum diketahui secara pasti. Demikian pula stadium akhir kronis akibat VHG ini sehingga penggunaan terapi obat - obatan pada VHG masih memerlukan banyak penelitian di masa yang akan datang.
dr. Intan Airlina Febiliawanti

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sidang Rekaman KPK, MK Dengarkan Dua Saksi Ahli

Rabu, 4 November 2009 | 14:11 WIB JAKARTA, KOMPAS.com — Mahkamah Konstitusi kembali menggelar sidang uji materi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi, Rabu (4/11) sore di Gedung MK, Jakarta. Sidang yang menguji Pasal 32 Ayat 1 Huruf c tentang pemberhentian pimpinan KPK secara tetap oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bila menjadi terdakwa ini kemarin telah memutar rekaman dugaan kriminalisasi KPK. Pada sidang kali ini, MK akan mendengarkan dua saksi ahli, yaitu pakar hukum UI Rudi Satrio dan mantan Ketua Komisi Nasional HAM Abdul Hakim Garuda Nusantara. Dua pimpinan KPK (nonaktif), Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah, tampak di ruang sidang dengan didampingi tim kuasa hukumnya. Sementara itu, dari pihak pemerintah hadir Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar dan beberapa pejabat dari Kejaksaan Agung. Saat ini para wartawan dan masyarakat pun telah memadati ruang sidang yang terbuka untuk umum tersebut.

Digital zoom vs optical zoom

Masih banyak diantara kita yang tidak mengerti akan perbedaan antara digital zoom dan optical zoom. Padahal di kehidupan sehari-hari kita sudah sering menggunakannya baik ketika memotret menggunakan kamera saku digital maupun kamera ponsel. Ada baiknya kita mengetahui sedikit esensi dari keduanya agar kita dapat memaksimalkan penggunaannya : Digital zoom Pembesaran gambar yang dilakukan dari gambar yang sudah ada. Atau mengcroping sebuah gambar lalu melakukan pembesaran terhadapnya. Tindakan ini tentu saja mereduksi kualitas dari gambar hasil cropingan tadi. Tidak dianjurkan bagi anda yang mengutamakan detail gambar. Jenis zoom ini biasanya terdapat pada kamera ponsel . Optical zoom Pembesaran gambar yang dilakukan melalui rangkaian optik yang ada di dalam lensa kamera langsung terhadap obyek yang difoto sehingga tidak mengurangi kualitas gambar. Jenis zoom ini biasanya terdapat pada kamera saku digital dan kamera DSLR. Semoga bermanfaat.

CINTA ITU MENYAKITKAN

Berawal dari pertama kalinya saya mengusir jenuh menggunakan fs>knodli@yahoo.co.id, tren itupun usai stelah mark zugemberg pada tahun 2005 sudah mulai memperkenalkan situs jejaring sosial yg diberi nama facebook! Yup! Awal tahun 2009 saya resmi invite ke situs ini, sign up dgn menggunakan e-mail yahoo : knodli@yahoo.co.id saya log in di facebook.. Senang saya rasakan saat itu.. Mencari tau akan segala hal meski waktu itu saya belum byk tau, itupun awal saya tau karena kakak saya (nody rakhmad)*HSO ASTRA Curup* sudah lebiH dulu mempunyai akun  ini, yah!! Dia memang jauh dari techno dari pada saya..  Whateverlah!!! Fb..saya jadikan tempat curhat, byk curhat. Seperti masalah keluarga,keluh kesah keseharian menjalani rutinitas,sekedar mencari orang yg mau diisengin chating..yah! Ga kerasa udah 373org yg aq add, meskipun rata2 aq ga kenal..,dalam media fb aq juga suka upload gambar2 hasil jepretan dan editan, upload video pribadi.. Wah! Pokoknya seru lah.., dalam waktu seminggu aq kaget